Bangun Kereta Cepat Jakarta-Bandung, INKA Gandeng Ahli 'Kereta Peluru'BUMN kereta yang bermarkas di Madiun, Jawa Timur PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA ikut dilibatkan dalam pengembangan mega proyek Presiden Jokowi yakni kereta cepat atau High Speed Train (HST) untuk rute Jakarta-Bandung.
INKA sendiri mengakui belum berpengalaman membangun kereta cepat alias 'kereta peluru'. Untuk itu menjajaki keterlibatan produsen kereta cepat dunia yang sudah ahli, mulai dari Bombardier hingga China Railway High-speed (CRH).
"Kita juga menjajaki kerjasama manufaktur HST, seperti dengan Bombardier asal Jerman, Nippon Sharyo asal Jepang, CAF asal Spanyol, CSR dan CNR dari China," kata Direktur Produksi INKA Hendy Hendratno Adji kepada detikFinance, Sabtu (25/7/2015).
Pertama yang akan digandeng ialah Bombardier. Produsen kereta asal Jerman ini memiliki pengalaman memproduksi dan mengembangkan kereta cepat. Bombardier mengembangkan kereta cepat bernama ZEFIRO yang mampu melesat dengan kecepatan 380 km per jam. Bombardier juga terlibat dalam memasok kereta cepat di China.
Produsen kedua yang dijajaki ialah Nippon Sharyo. Produsen kerta cepat asal Jepang ini dinilai sangat berpengalaman. Nippon Sharyo telah memasok kereta cepat di beberapa negara salah satunya kerta cepat Shinkansen. Nippon Sharyo juga akan memasok kereta commuter untuk proyek MRT Jakarta fase I.
Produsen lain yang rencananya dilibatkan seperti CAF Spanyol. CAF berpengalaman mengembangkan dan memproduksi kereta cepat untuk beberapa negara seperti Turki. Kereta cepat generasi terbaru CAF, OARIS, mampu melesat dengan kecepatan 350 km per jam.
Terakhir ialah produsen dan operator kereta asal Tiongkok seperti CSR Corporation Limited dan China Railway High-speed (CRH).
"Di dunia belum banyak pabrikan sarana kereta api yang menguasai teknologi HST. Bomardier dengan ICE-nya, Nippon Sharyo dengan Shinkansen masih merupakan terbaik kemdian ada juga TGV dari Alshtom Prancis," ujarnya. (feb/rrd) Kereta Cepat Jokowi, Bakal Ada di Bawah Tanah Hingga 'Melayang'Ilustrasi ○
Pemerintah berencana untuk membangun kereta cepat (high speed train) dengan rute Jakarta-Bandung. Proyek kereta ini diharapkan melesat di atas 200 km per jam. Dengan kecepatan tinggi itu, jalur kereta harus dibuat mulus dan tanpa persilangan sebidang (palang pintu).
"Kereta cepat yang kita ketahui, nggak ada perlintasan sebidang, karena berbahaya bila kereta cepat yang kecepatan rata-rata di atas 200 km per jam melaju di perlintasan sebidang," kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, Kementerian Perhubungan, Sugiadi Waluyo kepada detikFinance, Sabtu (25/7/2015).
Sugiadi mengatakan, kereta cepat harus melaju mulus tanpa perlintasan sebidang maka, kontruksi jalur kereta cepat dibuat dengan beberapa skema. Untuk rute padat penduduk seperti keberangkatan dari Jakarta, opsinya daerah Halim atau Stasiun Manggarai, jalurnya bisa dibuat di bawah tanah (underground) dan dibuat melayang (elevated). Tapi bila rencana pengembangan kereta melewati tanah kosong seperti hutan, perkebunan hingga persawahan maka jalur bisa dibuat menapak di atas tanah.
"Secara teknologi bisa elevated atau underground. Seperti di Jepang hingga China, kalau kereta masuk kota untuk menghilangkan perlintasan sebidang, rute bisa dibuat underground atau elevated," ujarnya.
Sugiadi menyebut, biaya konstruksi pengembangan kereta cepat memang mahal apalagi bila memakai rute bawah tanah. Alhasil rute atau jalur bisa mengkombinasikan konstruksi bawah tanah, layang hingga menapak di tanah.
"Di tanah kontruksi lebih murah, elevated lebih mahal, underground bisa lebih mahal lagi," ujarnya.\Bangun 'Shinkansen' di RI, Jepang dan China Belum Ajukan ProposalInvestor Jepang dan China menyatakan ketertarikannya membangun proyek kereta cepat di Indonesia, salah satunya rute Jakarta-Bandung. Namun, hingga kini Kementerian Perhubungan belum juga menerima proposal lengkap pengembangan kereta cepat tersebut.
"Belum ada proposal yang masuk ke kita. JICA (Japan International Cooperation Agency) memang melakukan studi namun belum ada proposal ke kita," kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kementerian Perhubungan, Sugiadi Waluyo kepada detikFinance Sabtu (25/7/2015).
Sugiadi tidak menampik bila pihak Jepang melalui JICA telah melakukan studi kelayakan kereta cepat di Indonesia. "Memang ada studi kelayakan. Cuma belum dalam bentuk proposal," ujarnya.
Seperti diketahui, kedua negara ini 'berebut' untuk membangun proyek 'kereta peluru' rute Jakarta-Bandung. Namun, pemerintah baru akan memutuskan siapa investor pada akhir 2015, sambil menunggu keduanya menyelesaikan studi kelayakan.
BUMN Indonesia yang dipimpin oleh PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan China Railway akan menjadi koordinator pengembangan kereta cepat rute Jakarta-Bandung. Anggota konsorsium BUMN RI antara lain PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PTPN VIII, PT INKA, dan PT LEN Industri.
Sedangkan anggota konsorsium dari BUMN China, antara lain: China Railway International, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, The Third Railway Survey and Design Institute Group Corporation (TSDI), China Academy of Railway Sciences, CSR Corporation, China Railway Signal and Communication Corporation.
Berhadapan dengan China, Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) juga mengusulkan pengembangan kereta cepat. Usulan JICA, kereta cepat berangkat dari Stasiun Manggarai sedangkan kereta cepat usulan Tiongkok akan berangkat dari kawasan Halim.Tantangan Pengembangan 'Kereta Peluru' Jokowi[AFP] ○
Transportasi kereta di Indonesia akan masuk pada fase pengembangan kereta cepat atau High Speed Train (HST). Di Asia Tenggara, belum ada negara yang memiliki atau menguasai teknologi kereta cepat.
PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA yang merupakan salah satu anggota konsorsium Badan Usaha Milik negara (BUMN) RI dan Tiongkok untuk rencana pengembangan kereta cepat rute Jakarta-Bandung, mengungkapkan beberapa tantangan di dalam pengembangan 'kereta peluru' usulan Presiden Jokowi.
Tantangan pertama ialah komitmen nasional atau bersama dalam pengembangan perkeretaapian di tanah air.
"Jika semua stakeholder perkeretaapian sudah memiliki komitmen yang sama. Saya yakin kita bisa mewujudkannya," kata Direktur Produksi PT Industri Kereta Api (Persero) Hendy Hendratno Adji, kepada detikFinance, Sabtu (25/7/2015).
Tantangan berikutnya ialah, masalah sumber daya manusia di bidang kereta cepat. Komitmen dari semua pihak sangat diperlukan untuk mempercepat dan menjalani program transfer teknologi dari negara atau produsen kereta cepat dunia yang digandeng.
"Masalah SDM, kalau semua pihak seperti dari BPPT, perguruan tinggi dan BUMN seperti LEN, PT Pindad, PT DI, Krakatau Steel dan lainnya, berkomitmen sama maka saya yakin para insinyur Indonesia bisa dengan cepat menerima transfer teknologi," ujarnya.
Tantangan lain yang diungkapkan adalah pengembangan dan pembuatan fasilitas permesinan untuk kereta cepat. Transfer teknologi permesinan sulit didapat dari negara maju bila tidak ada komitmen penuh dari pemerintah Indonesia.
"Permesinan modern yang akan dipakai untuk pembuatan kereta cepat juga akan mudah didapat bila ada dukungan kuat dari pemerintah," sebutnya.
Sementara itu, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kementerian Perhubungan Sugiadi Waluyo menyebutkan, ada 4 poin utama yang harus dipersiapkan dan dipenuhi di dalam pengembangan dan pengoperasian kereta cepat di tanah air.
Prasarana atau infrastruktur kereta cepat wajib dipenuhi. Hal ini, bagi Sugiadi, bukan menjadi tantangan besar sebab perusahaan konstruksi Indonesia, termasuk BUMN, telah berpengalaman mengerjakan dan mengembangkan berbagai jenis proyek konstruksi.
Poin menantang kedua yang perlu dipersiapkan ialah penyediaan sarana atau kereta. Di Indonesia, baru INKA yang memiliki kemampuan mengembangkan dan memproduksi kereta namun teknologi belum masuk ke tahap kereta cepat.
"Sarana memang baru ada di INKA namun INKA belum memiliki kemampuan disitu. Sehingga INKA nanti harus belajar," ujarnya.
Hal lain yang wajib dipenuhi ialah penyediaan sumberdaya manusia di sisi operator dan regulator. Karena Indonesia belum pernah mengelola atau mengembangkan kereta cepat maka sumberdaya kereta cepat wajib dipersiapkan.
"SDM mesti segera, jadi dilakuakan pelatihan di Dirjen eprektapian dan operator," ujarnya.
Terakhir ialah sistem atau regulasi. Regulasi terkait pengembangan dan pengoperasian kereta cepat harus dibuat atau disempurnakan.
"Sistem atau masalah regulasi. Regulasi kereta api sudah ada, tinggal disempurnakan saja," ujarnya.Kereta Cepat Jakarta-Bandung Jokowi Jadi Perhatian DuniaProyek kereta cepat atau High Speed Train (HST) yang diusulkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi perhatian banyak negara. Beberapa media dan publikasi asing mengulas tentang rencana pemerintah mengembangkan kereta cepat yang membentang dari Jakarta-Bandung.
Misalnya media Rail Journal, proyek 'kereta peluru' ala Jokowi menjadi headline di level Asia.
"Presiden Jokowi memiliki rencana besar untuk memulai pembangunan jaringan kereta cepat Jakarta-Bandung pada bulan depan (Agustus)," tulis Rail Journal di halaman pertama berita seperti dikutip detikFinance, Sabtu (25/7/2015).
Artikel di dalam Rail Journal juga membahas perihal persaingan ketat antara Jepang dan China pada mega proyek di Indonesia tersebut. Rail Journal juga mengulas tawaran pinjaman selama 40 tahun dari kedua belah pihak.
"Jepang menawarkan bunga 0,1% sedangkan China lebih tinggi," tulisnya.
Selain Rail Journal, media negara tetangga yakni Bangkok Post juga mengulas tentang niat Presiden Jokowi untuk membangun kereta cepat.
"Tawaran dari kedua negara untuk membangun kereta dengan jarak 150 km bisa ditempuh dalam waktu 36 menit," tulis Bangkok Post.
Dalam tulisan tersebut, Bangkok Post mengutip pernyataan Menteri Koordinator Ekonomi Sofyan Djalil tentang rencana Pemerintah Indonesia menunjuk konsultan independen dari Jerman atau Prancis untuk menguji proposal yang diusulkan oleh Jepang dan Tiongkok. Menko Sofyan, dalam kutipan Bangkok Post, menunjuk pihak ketiga agar tidak ada konflik kepentingan.
"Kita akan meng-hire sebuah konsultan dari Jerman atau Prancis," sebutnya.
Hal senada juga diulas oleh media asal Inggris, Daily Mail. Daily Mail menyebut pemerintah Indonesia akan melakukan beauty contest (lelang) untuk memilih operator kereta cepat Jakarta-Bandung. (feb/rrd)
INKA sendiri mengakui belum berpengalaman membangun kereta cepat alias 'kereta peluru'. Untuk itu menjajaki keterlibatan produsen kereta cepat dunia yang sudah ahli, mulai dari Bombardier hingga China Railway High-speed (CRH).
"Kita juga menjajaki kerjasama manufaktur HST, seperti dengan Bombardier asal Jerman, Nippon Sharyo asal Jepang, CAF asal Spanyol, CSR dan CNR dari China," kata Direktur Produksi INKA Hendy Hendratno Adji kepada detikFinance, Sabtu (25/7/2015).
Pertama yang akan digandeng ialah Bombardier. Produsen kereta asal Jerman ini memiliki pengalaman memproduksi dan mengembangkan kereta cepat. Bombardier mengembangkan kereta cepat bernama ZEFIRO yang mampu melesat dengan kecepatan 380 km per jam. Bombardier juga terlibat dalam memasok kereta cepat di China.
Produsen kedua yang dijajaki ialah Nippon Sharyo. Produsen kerta cepat asal Jepang ini dinilai sangat berpengalaman. Nippon Sharyo telah memasok kereta cepat di beberapa negara salah satunya kerta cepat Shinkansen. Nippon Sharyo juga akan memasok kereta commuter untuk proyek MRT Jakarta fase I.
Produsen lain yang rencananya dilibatkan seperti CAF Spanyol. CAF berpengalaman mengembangkan dan memproduksi kereta cepat untuk beberapa negara seperti Turki. Kereta cepat generasi terbaru CAF, OARIS, mampu melesat dengan kecepatan 350 km per jam.
Terakhir ialah produsen dan operator kereta asal Tiongkok seperti CSR Corporation Limited dan China Railway High-speed (CRH).
"Di dunia belum banyak pabrikan sarana kereta api yang menguasai teknologi HST. Bomardier dengan ICE-nya, Nippon Sharyo dengan Shinkansen masih merupakan terbaik kemdian ada juga TGV dari Alshtom Prancis," ujarnya. (feb/rrd) Kereta Cepat Jokowi, Bakal Ada di Bawah Tanah Hingga 'Melayang'Ilustrasi ○
Pemerintah berencana untuk membangun kereta cepat (high speed train) dengan rute Jakarta-Bandung. Proyek kereta ini diharapkan melesat di atas 200 km per jam. Dengan kecepatan tinggi itu, jalur kereta harus dibuat mulus dan tanpa persilangan sebidang (palang pintu).
"Kereta cepat yang kita ketahui, nggak ada perlintasan sebidang, karena berbahaya bila kereta cepat yang kecepatan rata-rata di atas 200 km per jam melaju di perlintasan sebidang," kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, Kementerian Perhubungan, Sugiadi Waluyo kepada detikFinance, Sabtu (25/7/2015).
Sugiadi mengatakan, kereta cepat harus melaju mulus tanpa perlintasan sebidang maka, kontruksi jalur kereta cepat dibuat dengan beberapa skema. Untuk rute padat penduduk seperti keberangkatan dari Jakarta, opsinya daerah Halim atau Stasiun Manggarai, jalurnya bisa dibuat di bawah tanah (underground) dan dibuat melayang (elevated). Tapi bila rencana pengembangan kereta melewati tanah kosong seperti hutan, perkebunan hingga persawahan maka jalur bisa dibuat menapak di atas tanah.
"Secara teknologi bisa elevated atau underground. Seperti di Jepang hingga China, kalau kereta masuk kota untuk menghilangkan perlintasan sebidang, rute bisa dibuat underground atau elevated," ujarnya.
Sugiadi menyebut, biaya konstruksi pengembangan kereta cepat memang mahal apalagi bila memakai rute bawah tanah. Alhasil rute atau jalur bisa mengkombinasikan konstruksi bawah tanah, layang hingga menapak di tanah.
"Di tanah kontruksi lebih murah, elevated lebih mahal, underground bisa lebih mahal lagi," ujarnya.\Bangun 'Shinkansen' di RI, Jepang dan China Belum Ajukan ProposalInvestor Jepang dan China menyatakan ketertarikannya membangun proyek kereta cepat di Indonesia, salah satunya rute Jakarta-Bandung. Namun, hingga kini Kementerian Perhubungan belum juga menerima proposal lengkap pengembangan kereta cepat tersebut.
"Belum ada proposal yang masuk ke kita. JICA (Japan International Cooperation Agency) memang melakukan studi namun belum ada proposal ke kita," kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kementerian Perhubungan, Sugiadi Waluyo kepada detikFinance Sabtu (25/7/2015).
Sugiadi tidak menampik bila pihak Jepang melalui JICA telah melakukan studi kelayakan kereta cepat di Indonesia. "Memang ada studi kelayakan. Cuma belum dalam bentuk proposal," ujarnya.
Seperti diketahui, kedua negara ini 'berebut' untuk membangun proyek 'kereta peluru' rute Jakarta-Bandung. Namun, pemerintah baru akan memutuskan siapa investor pada akhir 2015, sambil menunggu keduanya menyelesaikan studi kelayakan.
BUMN Indonesia yang dipimpin oleh PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan China Railway akan menjadi koordinator pengembangan kereta cepat rute Jakarta-Bandung. Anggota konsorsium BUMN RI antara lain PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PTPN VIII, PT INKA, dan PT LEN Industri.
Sedangkan anggota konsorsium dari BUMN China, antara lain: China Railway International, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, The Third Railway Survey and Design Institute Group Corporation (TSDI), China Academy of Railway Sciences, CSR Corporation, China Railway Signal and Communication Corporation.
Berhadapan dengan China, Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) juga mengusulkan pengembangan kereta cepat. Usulan JICA, kereta cepat berangkat dari Stasiun Manggarai sedangkan kereta cepat usulan Tiongkok akan berangkat dari kawasan Halim.Tantangan Pengembangan 'Kereta Peluru' Jokowi[AFP] ○
Transportasi kereta di Indonesia akan masuk pada fase pengembangan kereta cepat atau High Speed Train (HST). Di Asia Tenggara, belum ada negara yang memiliki atau menguasai teknologi kereta cepat.
PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA yang merupakan salah satu anggota konsorsium Badan Usaha Milik negara (BUMN) RI dan Tiongkok untuk rencana pengembangan kereta cepat rute Jakarta-Bandung, mengungkapkan beberapa tantangan di dalam pengembangan 'kereta peluru' usulan Presiden Jokowi.
Tantangan pertama ialah komitmen nasional atau bersama dalam pengembangan perkeretaapian di tanah air.
"Jika semua stakeholder perkeretaapian sudah memiliki komitmen yang sama. Saya yakin kita bisa mewujudkannya," kata Direktur Produksi PT Industri Kereta Api (Persero) Hendy Hendratno Adji, kepada detikFinance, Sabtu (25/7/2015).
Tantangan berikutnya ialah, masalah sumber daya manusia di bidang kereta cepat. Komitmen dari semua pihak sangat diperlukan untuk mempercepat dan menjalani program transfer teknologi dari negara atau produsen kereta cepat dunia yang digandeng.
"Masalah SDM, kalau semua pihak seperti dari BPPT, perguruan tinggi dan BUMN seperti LEN, PT Pindad, PT DI, Krakatau Steel dan lainnya, berkomitmen sama maka saya yakin para insinyur Indonesia bisa dengan cepat menerima transfer teknologi," ujarnya.
Tantangan lain yang diungkapkan adalah pengembangan dan pembuatan fasilitas permesinan untuk kereta cepat. Transfer teknologi permesinan sulit didapat dari negara maju bila tidak ada komitmen penuh dari pemerintah Indonesia.
"Permesinan modern yang akan dipakai untuk pembuatan kereta cepat juga akan mudah didapat bila ada dukungan kuat dari pemerintah," sebutnya.
Sementara itu, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kementerian Perhubungan Sugiadi Waluyo menyebutkan, ada 4 poin utama yang harus dipersiapkan dan dipenuhi di dalam pengembangan dan pengoperasian kereta cepat di tanah air.
Prasarana atau infrastruktur kereta cepat wajib dipenuhi. Hal ini, bagi Sugiadi, bukan menjadi tantangan besar sebab perusahaan konstruksi Indonesia, termasuk BUMN, telah berpengalaman mengerjakan dan mengembangkan berbagai jenis proyek konstruksi.
Poin menantang kedua yang perlu dipersiapkan ialah penyediaan sarana atau kereta. Di Indonesia, baru INKA yang memiliki kemampuan mengembangkan dan memproduksi kereta namun teknologi belum masuk ke tahap kereta cepat.
"Sarana memang baru ada di INKA namun INKA belum memiliki kemampuan disitu. Sehingga INKA nanti harus belajar," ujarnya.
Hal lain yang wajib dipenuhi ialah penyediaan sumberdaya manusia di sisi operator dan regulator. Karena Indonesia belum pernah mengelola atau mengembangkan kereta cepat maka sumberdaya kereta cepat wajib dipersiapkan.
"SDM mesti segera, jadi dilakuakan pelatihan di Dirjen eprektapian dan operator," ujarnya.
Terakhir ialah sistem atau regulasi. Regulasi terkait pengembangan dan pengoperasian kereta cepat harus dibuat atau disempurnakan.
"Sistem atau masalah regulasi. Regulasi kereta api sudah ada, tinggal disempurnakan saja," ujarnya.Kereta Cepat Jakarta-Bandung Jokowi Jadi Perhatian DuniaProyek kereta cepat atau High Speed Train (HST) yang diusulkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi perhatian banyak negara. Beberapa media dan publikasi asing mengulas tentang rencana pemerintah mengembangkan kereta cepat yang membentang dari Jakarta-Bandung.
Misalnya media Rail Journal, proyek 'kereta peluru' ala Jokowi menjadi headline di level Asia.
"Presiden Jokowi memiliki rencana besar untuk memulai pembangunan jaringan kereta cepat Jakarta-Bandung pada bulan depan (Agustus)," tulis Rail Journal di halaman pertama berita seperti dikutip detikFinance, Sabtu (25/7/2015).
Artikel di dalam Rail Journal juga membahas perihal persaingan ketat antara Jepang dan China pada mega proyek di Indonesia tersebut. Rail Journal juga mengulas tawaran pinjaman selama 40 tahun dari kedua belah pihak.
"Jepang menawarkan bunga 0,1% sedangkan China lebih tinggi," tulisnya.
Selain Rail Journal, media negara tetangga yakni Bangkok Post juga mengulas tentang niat Presiden Jokowi untuk membangun kereta cepat.
"Tawaran dari kedua negara untuk membangun kereta dengan jarak 150 km bisa ditempuh dalam waktu 36 menit," tulis Bangkok Post.
Dalam tulisan tersebut, Bangkok Post mengutip pernyataan Menteri Koordinator Ekonomi Sofyan Djalil tentang rencana Pemerintah Indonesia menunjuk konsultan independen dari Jerman atau Prancis untuk menguji proposal yang diusulkan oleh Jepang dan Tiongkok. Menko Sofyan, dalam kutipan Bangkok Post, menunjuk pihak ketiga agar tidak ada konflik kepentingan.
"Kita akan meng-hire sebuah konsultan dari Jerman atau Prancis," sebutnya.
Hal senada juga diulas oleh media asal Inggris, Daily Mail. Daily Mail menyebut pemerintah Indonesia akan melakukan beauty contest (lelang) untuk memilih operator kereta cepat Jakarta-Bandung. (feb/rrd)
★ detik